Bisnis Metro,TANGERANG SELATAN- Beton penyangga jembatan yang tengah dibangun di wilayah Sari Mulya, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel), bergeser hingga mengalami kemiringan dari posisi awal. Hal itu mengundang perhatian warga sekitar.
Proyek jembatan dengan bentang 12,6 meter dan lebar 10 meter itu dibangun sebagai akses pendukung menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sari Mulya. Pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp3,8 miliar untuk pembangunannya.
Pantauan di lokasi, Rabu (06/12/23), pembangunan jembatan terus berjalan. Sejumlah pekerja dilengkapi 2 unit ekskavator beraktivitas di sana. Jembatan itu sendiri dibangun melintasi aliran sungai yang mengalir deras di bagian bawah.
Yang menyedot perhatian, satu bagian beton penyangga terlihat miring. Retakan-retakan juga nampak jelas di dinding luar jembatan. Kabar itu pun beredar luas. Dua anggota DPRD Tangsel yakni Alexander Prabu dari Fraksi PSI dan Zulham Firdaus dari F-Demokrat langsung bereaksi mengecek lokasi.
“Saya sudah lihat sendiri ke lapangan, ini kelihatannya memang miring. Menurut informasi dari warga, tadinya tidak miring karena dilewati alat berat jadi miring. Saya minta ini Kepala dinas menegur Pimpronya, harus dibenerin. Nggak bisa diteruskan, karena ke depan ini kan berbahaya. Sungai di sini juga kan deras,” tutur Alexander, Kamis (07/12/2023).
Menurut politisi PSI itu, seluruh struktur jembatan harus dicek ulang guna memastikan daya tahan saat dilintasi kendaraan berat. Kondisi demikian akan ditanyakan langsung pada rapat kordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air Bina Marga dan Bina Konstruksi (DSDABMBK).
“Sebenarnya Pimpronya mampu nggak sih membangun struktur seperti ini? itu yang saya pertanyakan. Nanti saya Rakor kebetulan, akan saya sampaikan, saya juga minta evaluasi kontraktornya,” tegas dia.
Di kesempatan lain, pihak pelaksana pembangunan jembatan, Edi Daryanto, membeberkan penyebab beton penyangga menjadi miring. Kata dia, kondisi itu disebut karena belum terpasangnya pelat injak di satu bagian ujung bibir jembatan.
“Karena di sana belum terpasang pelat injak, pelat injaknya baru separuh. Pelat injak kan untuk meratakan beban, nah dia agak turun begitu kegeser katanya. Itu bergeser kira-kira 30 sampai 40 centi,” katanya.
Pergeseran itu diakibatkan banyaknya aktivitas kendaraan berat baik ekskavator dan truk pengangkut tanah di atas badan jembatan, beberapa hari lalu. Lalu lalang kendaraan itu melewati bagian bibir jembatan yang belum terpasang pelat injak.
“Itu kan ada urugan tanah, kira-kira 540 kubik. Nah itu kan dilewatin di sana di atas. Tadinya ekskavator itu beroperasi di bawah, kalau di atas (jembatan) pakai manual atau alat yang kecil. Setelah itu truk tanah datang habis hujan deras, akhirnya manuver semua (kendaraan) di atas, di ujung (bibir jembatan),” jelasnya.
Hingga saat ini, sambung Edi, pihaknya tetap melanjutkan pekerjaan sekaligus juga berkonsultasi dengan tim ahli guna memerbaiki kondisi kemiringan jembatan. Dia mengklaim, jika badan jembatan masih aman dilintasi kendaraan berat.
“Jadi sebetulnya nggak turun, tapi miring. Kalau nggak dibebani terlalu berat saya kira nggak (berpengaruh), maka nya tanahnya mau diturunin di bawah atau samping jembatan. Terus yang di bawah pile cap mau disingkirin dulu buat perbaikan nanti. Yang penting pelat injak bisa terpasang dulu,” ucapnya.(bli/sg)