Bisnis metro id, JAKARTA — Holywings Sport Night (HSN) menandai langkah besar dalam dunia tinju profesional Indonesia dengan memperkenalkan Sabuk Pertama HSN melalui konferensi pers resmi yang digelar di HW LiveHouse QBIG BSD. Momen ini menjadi tonggak sejarah, karena untuk pertama kalinya HSN memberikan penghargaan tertinggi bagi para petinju terbaik di bawah naungannya.
Sabuk tersebut akan diperebutkan dalam event HSN Bali pada 18 Mei 2025 mendatang, yang bertempat di Atlas Super Club. Pemilihan Bali bukan tanpa alasan. Bali dianggap sebagai wilayah dengan potensi besar dalam dunia tinju, dengan kehadiran banyak petarung lokal dan mancanegara yang berkualitas tinggi. Karena, sudah sering menjalankan event combat sport level international, dan ini langkah tepat untuk mengadakan disana.
HSN Bali kali ini akan menyuguhkan sejumlah laga spektakuler yang mempertemukan petarung nasional dan internasional. Beberapa partai yang telah dipastikan antara lain Yahya Garcia melawan Umang, Hafiz kontra Dewa Aji Sukma, serta Forlan Rivaldo menghadapi Mektison Marganti. Selain itu, duel panas antara Calisrox dan Yunus Sasmita juga tengah dalam tahap konfirmasi lanjutan.
Yang menarik, HSN akan disiarkan secara eksklusif melalui layanan Pay-Per-View (PPV) di Vidio.com dengan harga terjangkau, hanya Rp 9.999,- . Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan publik dan memberikan dukungan nyata terhadap pertumbuhan dunia tinju di Indonesia. Selain laga utama berbayar, HSN juga akan menayangkan sejumlah pertandingan trial menonton di YouTube HSS sebelum PPV.
Makna dari Sabuk Pertama HSN sendiri tak hanya sebagai trofi kemenangan, melainkan sebagai simbol pembinaan atlet daerah. Lewat ajang ini, HSN ingin membuka jalan bagi petinju dari berbagai penjuru Indonesia untuk tampil dan bersinar di kancah nasional maupun internasional. Filosofi ini sejalan dengan misi HSN yang berfokus pada pengembangan ekosistem tinju secara berkelanjutan.
Rekrutmen petinju dilakukan secara selektif. Selain menilai rekor pertandingan dan gaya bertarung, HSN juga aktif mencari talenta potensial dari daerah-daerah. Proses scouting yang dilakukan hingga ke pelosok negeri menunjukkan komitmen untuk menggali bakat-bakat muda yang belum terangkat. Salah satu tokoh penting dalam proses ini adalah Paris, yang dikenal aktif turun langsung ke lapangan untuk memantau perkembangan atlet daerah.
Partisipasi petinju internasional juga menjadi strategi HSN untuk meningkatkan eksposur dan kualitas pertandingan. Kehadiran petarung dari Timor-Leste, Uzbekistan, dan negara lain bukan hanya membawa persaingan sengit, tetapi juga berdampak positif terhadap ekonomi lokal. Para pendukung yang hadir ke Bali berkontribusi pada sektor pariwisata, dari penginapan, konsumsi.
HSN mendapat respons positif dari berbagai komunitas, baik dari kalangan penggemar tinju maupun masyarakat umum. Harapan besar mengemuka agar HSN dapat melahirkan generasi penerus legenda tinju Indonesia seperti Chris John dan Ellyas Pical.
Sebagai bagian dari rencana jangka panjang, HSN telah menyiapkan agenda rutin bulanan dan tahunan di berbagai kota di Indonesia. HSN juga menyiapkan program khusus untuk mencetak generasi petinju muda, termasuk mereka yang baru lulus sekolah menengah, dengan usia rata-rata petarung saat ini di kisaran 18 hingga 20 tahun.
Dengan semangat kolaboratif dan dukungan dari komunitas, HSN terus melangkah membangun fondasi kuat bagi masa depan tinju profesional Indonesia.(Red)***