Bisnis Metro,TANGERANG SELATAN- Tertib berlalulintas adalah termin dari budayga suatu bangsa.
Dalam artian, kalau banyak masyarakat tidak tertib berarti itu terminan bangsa itu bagaimana akhlak masyarakatnya.
Kapolsek Ciputat Timur, Kompol Bambang Askar Sodiq, mengungkapkan bahwa hal ini yang harus diyakini.
Beberapa waktu lalu pihaknya berkoordinasi dan berkomunikasi intens dengan Kasat Lantas Polres Tamgerang Selatan, AKP Dhani (tentang) semakin banyaknya masyarakat yang melanggar lalulintas.
“Ingat, kecelakaan lalulintas itu diawali dari adanya suatu pelanggaran lalulintas. Pelanggaran lalulintas itu banyak sekali. Makanya, saya bilang ke anggota kami, kalian tidak akan bisa mengurai kemacetan di wilayah Ciputat, tetapi minimal keberadaan dan kehadiran anggota Polisi lalulintas dan polisi berseragam, uniform polisi itu dijalan, itu akan membuat masyarakat paham,” terang Kapolsek kelahiran asal Sumenep Jawa Timur ini.
Kami memang mengatur penempatan petugas di golden time di jam 06.00 sampai 08.00 Wib dan jam 4 sore sampai jam 6. Boleh dilihat, karena kami Apel pagi disini jam 08.30.
Kembali lagi masalah ETLE (tilang elektonik) yang kemarin sempat viral di kolong flyover Ciputat.
“Itu sebagai upaya kami,” ucapnya.
Dengan ETLE, itu tidak akan ada debat, no debat, antara masyarakat. Jadi tidak ada bergaining antara masyarakat dengan polisi.
Kalau tilang manual, pasti masyarakat, pasti, pertama, siapa sih masyarakat yang mau ditilang oleh polisi secara manual? Ada suratnya itu, pasti akan dongkol.
Padahal apa yang dilakukan oleh kepolisian khususnya unit lalulintas ini adalah untuk meminimalisir kecelakaan lalulintas dan fatalitas akibat kecelakaan lalulintas.
Yang kedua, kenapa ETLE kita terapkan, ini akan membuat efek jera kepada masyarakat.
Otomatic tle nanti pada saat proses pengurusan perpanjangan bayar pajak itu nanti terblokir, apabila itu tidak diselesaikan.
“Saya-sendiri jujur, saya pernah mengalami bayar ETLE melalui akun brifa. Walaupun kami petugas kepolisian, kami juga akan taat bila kita dikirim ETLE, kita harus bayar dong. Itupun saya lakukan dan masih ada buktinya,” beber Kapolsek, saat ditemui wartawan, pada Selasa (6/5/2025).
Yang ketiga, terkait dengan masalah lalulintas di sepanjang area keluar masuk untuk di wilayah Ciputat.
“Mungkin masyarakat bisa melihat, bahwa median jalan atau badan jalan.yang ada di Ciputat itu ya gitu-gitu aja.
Dari mulai, mungkin rekan-rekan masih baru lahir sampai sekarang, Badan jalannya itu aja tidak sebanding dengan bertambahnya jumlah kendaraan, betul kan?
Dan dinamika pertumbuhan masyarakat semakin tinggi, tetapi perkembangan infrastruktur tidak bertambah, masih gitu-gitu aja.
“Tapi kami akan berkolaborasi, kita bergerak bersama dan kami juga akan berbicara dengan pihak UIN terkait masalah jembatan itu yang saya katakan Jembatan Setan ini, karena tidak pernah dimanfaatkan oleh manusiã. Engga tahu yang memanfaatkan manusia apa hantu disitu. Tapi yang saya lihat itu tidak pernah dinaikin manusia,” ucapnya.
Alangkah indahnya kalau untuk kemanfaatan, jembatan itu bisa digeser ke-arah depan kampus UIN, sarannya.
Alangkah sangat bermanfaat, salah satu penghambat lalulintas kemacetan, adalah pada umumnya masyarakat, penyeberangan zebra cross yang dibawah itu.
ltu kalau alangkah indahnya, dibuat penyeberangan JPO oleh Pemerintahan Daerah.
Yang kedua, kata Kapolsek, mungkin bisa kita atur untuk durasi Lampu Merah yang arah kampus UIN 2. Itu sebenarnya khan perempatan, kenapa macet, ada tersendat, itu karena ada putaran balik di depan Kompleks Dosen UIN.
Kalau itu nanti kita tutup, kita harus memberikan solusi. Jadi kita membuat kebijakan, kita harus membuat solusi, agar masyarakat tidak mengalami kendala, ini lagi kita pikirkan dengan pihak Dishub, Pemerintah, dan Pihak UIN.
Karena secara nyata, kalau untuk putar balik itu harus ada louping atau akses yang agak luas biar masyarakat itu dengan, ataupun, dibuat kanalisasi biar yang putar balik tidak menghambat kendaraan yang akan mengarah Jakarta dan kendaraan dari Jakarta yang mengarah Ciputat.
Memang ini tugas dan PR kami, tapi kami ingin masyarakat memberikan masukan dan kita bergerak bersama untuk menciptakan wilayah Ciputat dan Ciputat Timur menjadi tempat yang aman nyaman, khususnya masalah lalulintas yang dari dulu sudah menjadi momok kalau datang ke Ciputat itu pasti macet.
“Stigma itu harus kita hapus dengan kita membuat kesadaran berlalu lintas. Jujur kesadaran berlalu lintas masyarakat Tangerang Selatan yang masih rendah, dan kita harus akui,” pungkasnya.(SG)***