Banda Aceh – Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Joko Hadi Susilo, S.I.P., memastikan bahwa Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB) Kodam Iskandar Muda berada dalam kondisi siaga penuh untuk menangani banjir yang melanda sembilan kabupaten/kota di Aceh. Pasukan dari Batalyon Komposit PRCPB tersebut dipersiapkan untuk bergerak cepat dan terkoordinasi dalam menghadapi situasi darurat di wilayah yang terdampak paling parah.
Dalam keterangannya pada Kamis (27/11/2025), Pangdam menjelaskan bahwa kehadiran PRCPB bertujuan memperkuat respons terhadap bencana dan memastikan penanganan dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan terintegrasi. Ia menegaskan bahwa penanggulangan bencana merupakan tugas pokok TNI dalam membantu pemerintah daerah menangani situasi darurat akibat bencana alam.
Pangdam menekankan bahwa penanganan bencana tidak dapat dilakukan oleh TNI secara tunggal. Sinergi antara TNI, Polri, pemerintah daerah, BPBA, Basarnas, dan seluruh komponen masyarakat menjadi kunci meminimalisir dampak serta mempercepat pemulihan. Ia mengingatkan bahwa prajurit TNI harus mampu bergerak cepat sekaligus menunjukkan sikap humanis dalam membantu warga yang terdampak.
Dalam pesannya, Pangdam juga menegaskan pentingnya peningkatan koordinasi dan kesiapsiagaan seluruh unsur terkait. “Saya berharap seluruh unsur terkait dapat terus memperkuat koordinasi, mempercepat langkah-langkah penanganan, serta meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi perubahan cuaca yang berpotensi memperburuk kondisi, keselamatan masyarakat adalah prioritas utama,“ tegasnya.
Ia memastikan bahwa seluruh prajurit Kodam Iskandar Muda akan terus memberikan dukungan penuh kepada pemerintah daerah hingga situasi kembali normal. Prajurit TNI AD di wilayah Kodam IM ditugaskan berada di garis terdepan untuk membantu warga, mulai dari evakuasi, distribusi logistik, hingga dukungan pengamanan di area bencana.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) melaporkan bahwa banjir, tanah bergerak, dan tanah longsor melanda sembilan kabupaten/kota di Aceh sejak 18 November 2025. Bencana hidrometeorologi yang dipicu curah hujan tinggi, angin kencang, dan kondisi geologi labil ini berdampak pada 14.235 kepala keluarga atau 46.893 jiwa, dengan 455 kepala keluarga atau 1.497 jiwa terpaksa mengungsi.
Kondisi banjir meluas di Kabupaten Bireuen, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa, Kabupaten Bener Meriah, Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Utara, dan wilayah lain yang masih terdampak hingga saat ini. Pemerintah daerah setempat bersama BPBA terus melakukan langkah darurat di lokasi-lokasi kritis.
Plt. Kepala Pelaksana BPBA, Fadmi Ridwan, menjelaskan bahwa sembilan kabupaten/kota di Aceh telah menetapkan status darurat bencana hidrometeorologi berdasarkan kondisi terkini di lapangan. Penetapan status tersebut memungkinkan percepatan penanganan melalui pengerahan sumber daya dan dukungan lintas instansi. (Dispenad)






