Perpusnas Lestarikan Kekayaan Intelektual Bangsa Melalui Program SSKCKR

Bisnismetro.id, JAKARTA – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga dan melestarikan kekayaan intelektual bangsa, salah satunya melalui fungsi deposit yang diwujudkan dalam kegiatan serah simpan karya cetak dan karya rekam (SSKCKR).

Fungsi deposit bertujuan untuk memastikan karya intelektual bangsa terjaga dengan baik dan dimanfaatkan, bukan hanya oleh generasi masa kini tetapi juga generasi mendatang.

Pada praktiknya, fungsi deposit diatur melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang SSKCKR. Secara rinci di dalamnya dijelaskan seluruh aspek dari setiap proses pelaksanaannya, termasuk peran serta masyarakat, tak terkecuali penulis yang menyerahkan karyanya ke Perpusnas.

Penulis yang menjadi pemenang lomba Buku Terbaik hasil SSKCKR yang diselenggarakan Perpusnas, Seno Gumira Ajidama dan Andrey Sujatmoko, menilai SSKCKR memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat.

Seno Gumira meraih peringkat I Subjek Fotografi Pemenang Pemilihan Buku Terbaik Tahun 2022 melalui buku bertajuk Kisah Mata Fotografi Antara Dua Subjek: Perbincangan tentang Ada. Menurutnya, program SSKCKR sangat penting bagi masyarakat karena menyediakan buku yang susah dicari. Untuk itu, dia mengimbau para peserta yang hadir untuk ikut berpartisipasi.

“Saya sering merasa tertolong oleh Perpusnas, buku yang tidak ada di mana pun saya cari selama bertahun-tahun, saya berhasil menemukannya di Perpusnas. Jadi program SSKCKR ini sangat amat penting. Oleh karena itu, jangan ragu karena kita tidak pernah tahu apa yang kita perlukan ke depan,” ungkapnya dalam Forum Diskusi SSKCKR dengan tema Karya Kita, Warisan Bangsa: Serah Simpan dan Peran Masyarakat dalam Melestarikan Intelektual Bangsa, yang diselenggarakan secara daring, pada Selasa (3/12/2024).

Dalam diskusi, dia menjelaskan latar belakang yang mengawali menulis buku adalah riset tugas akhir saat kuliah. Bukunya berisi tentang perbedaan pendapat mengenai sebuah foto dari sisi fotografer dan penikmat foto. Dengan kata lain, foto menjadi situs yang diperebutkan maknanya sehingga terbebas dari ilusi yang diberikan oleh fotografer.

Sementara itu, Andrey Sujatmoko meraih Peringkat I Subjek Hak Asasi Manusia Pemenang Pemilihan Buku Terbaik Tahun 2024 melalui buku bertajuk Pemulihan Korban Pelanggaran Berat HAM: Menurut Prinsip Tanggung Jawab Negara. Pria yang saat ini berprofesi sebagai dosen ini menilai program SSKCKR luar biasa. Menurutnya, sebuah buku akan selalu dibutuhkan masyarakat pada suatu waktu.

“Program ini luar biasa sangat penting dan strategis, sekaligus mampu menjadikan Perpusnas sebagai benteng terakhir pelestarian intelektual bangsa. Persoalan buku pasti ada kebutuhan dan urgensinya karena siklus terus berubah, mungkin sekarang belum butuh tapi nanti orang akan cari,” urainya.

Senada dengan Seno Gumira, dia mengaku latar belakang yang mengawali menulis buku adalah riset tugas akhir saat kuliah. Melalui buku yang ditulis, dia ingin menginformasikan kepada pembaca bahwa negara masih memiliki pekerjaan rumah dalam memenuhi hak-hak masyarakat, sehingga perlu memunculkan gerakan agar hak-hak tersebut dapat terpenuhi.

Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Mariana Ginting mengatakan para penulis bukan hanya penerima manfaat dari pelaksanaan SSKCKR, tetapi juga berperan sebagai aktor penting dalam pelestarian karya intelektual bangsa.

Melalui forum diskusi, diberikan ruang kepada para penulis dan masyarakat untuk berdiskusi, berbagi pandangan, dan saling menginspirasi dalam melestarikan karya-karya intelektual bangsa melalui program SSKCKR.

“Kehadiran para pemenang Buku Terbaik Tahun 2022 dan 2024 sebagai narasumber diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai manfaat SSKCKR, sekaligus menjadi bukti bahwa karya-karya yang sudah diserahsimpankan di Perpusnas memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif, tidak hanya bagi generasi saat ini, tetapi juga untuk generasi mendatang,” tuturnya.

Dia menambahkan tugas pelestarian karya intelektual anak bangsa tidak hanya menjadi tanggung jawab para penulis tetapi juga masyarakat luas seperti pembaca, akademisi, guru hingga orang tua. Seluruh pihak memiliki peran besar dalam menyebarluaskan dan mengedukasi generasi penerus tentang isi dan nilai yang terkandung dalam karya-karya tersebut.

“Pada kesempatan ini, saya mengajak kita semua untuk terus bekerja sama, memperkuat peran kita dalam pelestarian karya intelektual bangsa, serta mendorong masyarakat untuk lebih aktif berpastisipasi dalam program SSKCKR ini,” pungkasnya.(Red)***