Bisnismetro.id, JAKARTA – Dalam rangka hari guru nasional Yayasan Rawamangun Mendidik (YRM) bekerjasama dengan UNJ menggelar Seminar Pendidikan Nasional.
Mengangkat tema “Desain Ulang Pendidikan Indonesia: Strategi dan Inovasi Menghadapi Gelombang Disrupsi Digital dan AI”, Yayasan Rawamangun Mendidik (YRM) mengungkap hasil riset dan penelitiannya perihal seberapa besar pemberitaan dan peliputan media massa, juga media sosial X yang mengangkat tema besar seputar isu pendidikan nasional.
Yayasan Rawamangun Mendidik (YRM) melakukan riset mendalam sepanjang tahun 2025, mulai Januari hingga Oktober 2025, terhadap 8 news portal yang ada di Indonesia, serta 1 platform media sosial.
YRM menemukan bahwa hanya 1.499 artikel yang mengangkat isu pendidikan dari total 618.000 artikel yang dipublikasikan portal berita online selama periode Januari–Oktober tersebut.
Ternyata issu pendidikan yang mereka angkat hanya sebesar 0,0024 persen. Suatu jumlah yang sangat kecil, karena tidak sampai 0,01% dari keseluruhan jumlah artikel yang dimuat di news portal tersebut.
Temuan ini berasal dari riset mengenai seberapa besar media massa dan media sosial X menyoroti isu pendidikan nasional, khususnya dalam subbidang Sumber Daya Manusia (SDM) Pendidikan, Sistem dan Kurikulum, serta Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Direktur Riset YRM, Rahmat Edi Irawan, menjelaskan bahwa penelitian dilakukan dengan mengambil populasi dan sampel berita dari delapan media online nasional yakni Kompas, Tempo, Tribunnews, Kumparan, Liputan6, Detik, CNNIndonesia dan SINDOnews.
“Pilihan kami ada delapan. Kami anggap media-media tersebut adalah media-media yang cukup banyak subscriber-nya, cukup banyak pembacanya. Selain itu, mereka konsisten dengan konten di news portalnya,” kata Rahmat dalam seminar nasional yang terselenggara di Auditorium Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Rahmat memaparkan, rata-rata setiap portal berita mempublikasikan sekitar 2.060 artikel per hari atau 61.800 artikel per bulan. Dengan asumsi selama 10 bulan, jumlahnya mencapai 618.000 artikel. Namun, dari angka tersebut, hanya 1.499 artikel yang membahas isu pendidikan.
“Ada sekitar dari 8 news portal itu, kurang lebih ada 2060 artikel sehari. Ternyata jumlah artikel yang mengangkat isu pendidikan itu hanya 1.499 dibanding 618.000 artikel yang di 8 news portal tersebut. Jadi kalau kita prosentasekan, jumlahnya sangat kecil sekali. Hanya 0,0024 persen. Tidak sampai 0,1 persen bahkan,” ucapnya.
“Kami tarik datanya dengan berbagai macam keyword, bahkan kami arsir juga secara manual untuk mendapatkan kesahihan walaupun mungkin ada kelemahan,” tambah Rahmat.
Menurut Rahmat, kondisi ini patut dikritisi karena isu pendidikan dianggap tidak cukup menarik bagi media massa dan kurang banyak diperbincangkan masyarakat. Ia mendorong redaksi media online nasional untuk lebih gencar menjadikan pendidikan sebagai bagian dari agenda setting.
“Jadi ini tantangan tersendiri bagaimana mengemas isu pendidikan bagi media juga, sehingga akhirnya orang merasa tertarik, tapi juga bagaimana caranya orang-orang di belakang dunia pendidikan juga mampu mengemas atau menyosialisasikan aktivitas mereka dan lain sebagainya, itu yang bisa menarik perhatian media massa,” pungkasnya.
Semoga hasil riset Yayasan Rawamangun Mendidik ini dapat membuka perhatian dan pandangan semua stake holder pendidikan Indonesia, termasuk Kemenristekdikti, Kemendikdasmen, media massa dan masyarakat luas, untuk lebih banyak memberikan perhatian pada bidang pendidikan, sebagai sebuah investasi bagi bangsa Indonesia menuju kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.(Yd)***










