Dapur Babah Elite & Tao Bar DJAWA & BABAH HERITAGE CUISINE

Bisnismetro.id, JAKARTA – Istilah “Babah” di Jawa umumnya digunakan untuk menyebut budaya keturunan campuran yang dihasilkan dari perkawinan antara para pendatang Tionghoa dan perempuan Jawa asli.

Seiring berjalannya waktu, istilah ini secara bertahap mendapatkan makna yang lebih luas, dan juga

digunakan untuk menyebut keturunan Tionghoa “murni”, yang gaya hidupnya dipengaruhi oleh budaya Jawa lokal dan budaya kolonial Belanda di Jawa.

Dalam kehidupan sehari-hari, budaya Babah di Jawa adalah budaya yang berkembang dari percampuran bertahap dari tiga budaya yang hidup berdampingan: Tionghoa, Jawa lokal, dan Belanda. Bergantung pada berbagai aspek, budaya Babah bervariasi, tergantung pada budaya mana di antara ketiga budaya tersebut yang paling kuat dan berpengaruh di sekitar lokal. Semakin besar pengaruh Belanda, semakin terhormat sebuah keluarga Babah.

Budaya yang tercampur meliputi budaya makan, ritual makan, serta pilihan menu. “Yang terbaik”

dari tiga masakan tersebut digabungkan ke dalam hidangan yang secara bertahap diubah.

Hidangan-hidangan ini kemudian dikenal sebagai masakan Babah. Ini bukanlah kreasi ambisius dari para koki gourmet terkenal dunia, melainkan hasil dari percobaan istri-istri Babah (dikenal sebagai Nyonya) serta para pembantu dan pelayan rumah (dikenal sebagai Bedienden), yang memasak tanpa resep yang terdokumentasi sebelumnya. Perempuan-perempuan dalam keluarga Babah secara keseluruhan telah hidup dan mengenal koleksi rempah-rempah yang kaya di pulau Litu.

Mereka tahu bagaimana setiap rempah dan setiap bahan makanan berasa, dan bagaimana

kombinasi-kombinasi tersebut menghasilkan cita rasa eksotis. Mereka mengenal makanan

tradisional Jawa, hidangan Eropa, serta masakan Tionghoa asli. Secara bertahap, mereka bereksperimen dengan semua bahan makanan untuk menghasilkan hidangan yang cocok dengan lidah dan selera anggota keluarga yang memiliki budaya campuran.

Para Bedienden di rumah-rumah Babah umumnya makan di dalam kenyamanan dapur rumah.

Meskipun dapur-dapur ini tidak memiliki atmosfer fine dining yang tepat, banyak dari dapur-dapur ini memiliki karakter dan gaya yang sangat unik.

Beberapa Bediende yang bekerja untuk keluarga Babah mengikuti agama Khong Hu Tju dan Taoisme, tetapi pada saat yang sama masih memegang keyakinan spiritual tradisional yang kuat juga.

Di dapur-dapur ini, biasanya mereka menyimpan patung Pelindung Dewi mereka sendiri. Pada hari Kamis malam, mereka membakar kemenyan dan memberikan bunga segar harum kepada Pelindung Dewi Dapur ini, serta berdoa kepada-Nya untuk keselamatan dan kesejahteraan mereka. Keyakinan mereka dan keberadaan Pelindung Dewi di dapur mereka memberi mereka rasa percaya diri yang signifikan, yang diyakini akan terlihat dalam kelezatan hidangan Babah mereka.

Dapur Babah ini, makanan lezat yang dihasilkan di dalamnya, dan ritual-ritual yang hangat dan ibu-ibu yang menyertainya, menginspirasi penciptaan Dapur Babah oleh Anhar Setjadibrata,

pemilik/desainer Tugu Hotels dan spa eksotis. Secara khusus, Dapur Babah milik Anhar mencatat sejarah spesifik keluarga Oei, sebuah Keluarga Babah yang tinggal di Jawa. Nama-nama seperti Oei Tambah Sia, Oei Tiong Ham, adalah nama-nama miliarder terkenal pada akhir abad ke-19.

Di kalangan pergaulan sosial, keluarga Oei dikenal sebagai pecinta seni dan makanan. Lebih rinci lagi, Dapur Babah menekankan pada pencatatan sejarah para Bedienden (pembantu rumah tangga) keluarga Oei, yang merupakan pahlawan kuliner terbesar yang belum pernah diakui hingga saat ini. Bagi Hotel Tugu Bali, Hotel Tugu Malang, dan Hotel Tugu Blitar, kehidupan para Bedienden tidak kurang penting daripada kehidupan keluarga Babah Jawa sebenarnya, yang sudah banyak diceritakan dalam sejarah.

Oleh karena itu, Dapur Babah didedikasikan untuk Djebrak, Su, dan Mbok Mun atas nasi goreng

Babah yang hangat, Sampir atas tahu Fuyonghai yang terkenal, Cik Hwa atas lodeh kacang tolo dan cecek, Ncik Djien atas bubur taoco, Mak Kwie atas lemper dan bloeder. Menu Babah seharihari seperti nasi dengan ayam dan telur dalam saus kuning, bandeng garang asem (ikan Jawa dalam sup pedas dan asam), kue macaroni, dan kroket kentang dengan saus taoco.

Di Dapur Babah milik Anhar, tradisi minum teh dan kopi yang sangat unik dalam budaya Babah juga disajikan. Romantis dalam kesederhanaan dan kerendahan hatinya, tradisi minum teh dan kopi Babah pada saat yang sama sepadan dengan semua komponen lain dari budaya mereka. Di Dapur Babah, teh dan kopi merupakan perpaduan dari keluarga-keluarga Babah yang kuno yang disiapkan khusus untuk Dapur Babah, CD dengan tujuannya untuk menghidupkan kembali setiap aspek dari budaya Babah yang kuno. Alat-alat yang digunakan untuk menyajikan teh dan kopi juga merupakan barang antik yang berasal dari keluarga-keluarga Babah di Jawa.(***)