Polemik Pembangunan Gereja di Perumahan Nusaloka BSD, Gaung Penolakan hingga Jebolnya Turap Kali

Megapolitan459 Dilihat

Bisnis Metro,TANGERANG SELATAN- Peletakan batu pertama pembangunan rumah ibadah gereja di Perumahan Nusaloka, RT04 RW03, Rawa Mekar Jaya, Serpong, Tangerang Selatan, rampung dilaksanakan pada Sabtu 17 Juni 2023. Meski begitu, gaung penolakan masih sayup-sayup terdengar.

Kini, suara penolakan itu tak sekencang saat awal perencanaannya beberapa tahun silam. Mereka mulai terkesan apatis, terlebih muncul dugaan adanya beking kuat dibalik pembangunan rumah ibadah tersebut. Upaya penolakan pun menjadi senyap di permukaan, namun nyaring di ruang tertutup.

Beberapa narasumber dari warga yang menolak bersikukuh, jika lahan Fasilitas sosial (Fasos) yang akan dibangun rumah ibadah itu lebih tepat didirikan fasilitas yang menunjang kepentingan warga bersama, bukan rumah ibadah yang peruntukannya hanya bagi kalangan tertentu saja.

Lahan Fasos yang dijadikan proyek pembangunan gereja itu berada persis di tengah pemukiman mewah Nusaloka BSD. Letaknya berdekatan dengan fly over tol dan jalur Kereta Rel Listrik (KRL). Luas total lahan Fasos di sana mencapai 6.061 meter persegi. Dari jumlah itu, sudah berdiri sebuah pura megah.

Dari hasil penelusuran diketahui, riuh penolakan telah muncul sejak tahun 2016 silam. Berbagai spanduk dipasang dan dibentangkan di dekat lokasi fasos. Kala itu, banyak kalangan warga yang menolak. Bukan soal gereja yang jadi persoalan bagi mereka, melainkan urgensi pembangunan yang seharusnya bisa bermanfaat bagi kepentingan bersama.

Ketua Panitia Pembangunan gereja, Bambang Sarwoadji, mengatakan tak ambil pusing jika masih ada suara-suara yang menolak. Menurutnya, pembangunan rumah ibadah tetap akan berlanjut karena telah mengikuti semua prosedur.

“Yang namanya pembangunan rumah ibadah itu nggak mungkin 100 persen seluruh dunia orang setuju, kan gitu. Tapi intinya kan begini, lingkungan sudah tidak ada masalah, kondusif, bisa cek dengan warga sekitar situ kan. Satu itu. Kedua, dari sisi legalnya semua persyaratan kita sudah penuhi” tuturnya saat dihubungi, Selasa (04/07/23).

“Mau kurang apalagi? kalau masalah nolak, ya sampai kiamat juga tidak akan ada orang yang tidak nolak,” imbuhnya.

Dia menyebut, lahan fasos itu saat diserahkan dari BSD ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang tahun 2009 ada kesepakatan antara keduanya di mana menyebut lahan tersebut akan diperuntukkan bagi pembangunan rumah ibadah pura dan gereja. Keterangan demikian tertera dalam Surat Berita Acara Serah Terima Sebagian Tanah Fasilitas Sosial yang ditandatangani pihak BSD dan Bupati Ismet Iskandar.

“Jadi bingung saya, dasar penolakannya apa? kalau bukan karena kebencian aja mungkin, karena jelas-jelas disebutkan untuk rumah ibadah Pura dan gereja,” ujarnya.

Dia sendiri menuding, pihak yang menolak itu sebenarnya tak pernah datang saat undangan mediasi pada 2022 lalu. Padahal undangan telah dikirim pada DKM Masjid serta pihak-pihak yang menolak.

“Sudah beberapa kali (mediasi). Kemudian juga kemaren dari pihak tetangga-tetangga DKM masjid waktu acara kita, kita undang juga tapi nggak ada respon. Mau mediasi apa? waktu itu dimediasi tahun 2022 yang itu (menolak) diundang pada nggak datang,” tandasnya.

Pada peletakan baru pertama pembangunan gereja itu, Wali Kota Benyamin Davnie tak hadir dan hanya diwakili staf khusus, Suhara Manullang. Dalam sambutan, Suhara mengatakan, jika wali kota selaku kepala daerah diibaratkan sebagai orangtua yang tak membeda-bedakan anak-anaknya.

^Kami terus memonitor perjalanan proses pengurusan legal standing ini, kami ucapkan selamat kepada Ketua Panitia Pembangunan berserta jajarannya, yang setelah lima belas tahun berproses hari ini sampai pada tujuannya,” tegasnya.

Pantauan di lokasi, area proyek itu masih ditutupi tumpukan tanah merah. Bagian tepinya yang berbatasan dengan aliran anak kali telah ditutupi seng. Namun ada pemandangan mencolok di sana, di mana terdapat bagian sisi turap kali sepanjang 7 meter yang dibiarkan jebol.

Material turap yang jebol itu tumpah menutupi aliran anak kali. Jebolnya turap diduga akibat tak kuat menahan derasnya aliran air dan pergeseran tanah dari permukaan proyek pembangunan gereja.(bli/sg)